Bedug Sebagai Alat Musik Tradisional Indonesia. Cornelis De Houtman dalam catatan perjalanannya “D’eerste Boek” menjadi saksi atas keberadaan bedug yang sudah meluas pada abad ke-16. Ketika tiba di Banten, ia menceritakan bahwa di setiap perempatan jalan terdapat genderang yang digantung dan dibunyikan memakai tongkat pemukul yang ditempatkan di sebelahnya. Fungsinya sebagai tanda bahaya dan penanda waktu.
Sejarah Singkat Bedug berasal dari India dan Cina. Berdasarkan legenda
Cheng Ho dari Cina, ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang,
kemudian disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu., ketika Cheng Ho
hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang
mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari
masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti
di negara Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil
sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Di Indonesia, sebuah bedug
biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengani waktu salat atau
sembahyang.
Sedangkan, menurut studi M. Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas
Negeri Malang, bedug terkait dengan masa prasejarah Indonesia di mana
nenek moyang kita sudah mengenal nekara dan moko, sejenis genderang dari
perunggu yang dipakai dalam minta hujan.
Kata Bedug juga terdapat dalam Kidung Malat, sebuah karya sastra dari
abad ke 14-16 Masehi. Dalam Kidung Malat dijelaskan bahwa bedug
dibedakan antara bedug besar (teg-teg) dengan bedug ukuran biasa. Bedug
pada masa itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan penanda adanya
perang, bencana alam atau hal mendesak lainnya. Dibunyikan pula untuk
menandai tibanya waktu. Maka ada istilah Jawa yang mengatakan, “Wis
wanci keteg.” (sudah waktu siang). Kata ”keteg” diambil dari saat
teg-teg dibunyikan.
Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien,
Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya
diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama.
dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan.
Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling
bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian
depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari
bedug ini dibuat dari kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang sebagai
“sarana komunikasi” untuk mengundang jamaah hingga terdengar
sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu salat menjelang
adzan dikumandangkan.
Bedug merupakan alat musik tabuh seperti gendang. Dan merupakan
instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun
lalu, Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan
mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang
kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih.
Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung
batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang
berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug
menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar
sampai jarak yang cukup jauh.
Cara Pembuatan Bedug
Bahan dasar dari bedug adalah kulit hewan. Yang antara lain kulit
kambing, sapi, kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih memiliki kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat. Sebab, kulit sapi
putih lebih tebal daripada kulit sapi coklat, sehingga bunyi yang
dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih rendah.
Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5-10
menit. Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan
cara dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur
diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh selesai
diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu yang sudah
disiapkan. Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan
paku dan beberapa tali-temali.
Fungsi Bedug
Fungsi Bedug selain sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam
kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Juga mempunyai fungsi sebagai
berikut :
- Fungsi sosial: bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah komunitas.
- Fungsi estetika: bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya material musikal.
0 Response to "Bedug Sebagai Alat Musik Tradisional Indonesia."
Post a Comment
- Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten.
- Jika ingin bertanya, tolong lihat dulu pada komentar sebelumnya.
- Dilarang menyisipkan iklan, link aktif, promosi, dan sebagainya.