Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Seperti dikutip Wikipedia.org.
Secara umum alat music Angklung adalah alat musik jenis ideophone yang
terbuat dari bambu.terdapat dua model angklung yaitu angklung yang
dipukul dan angklung yang cara membunyikannya dengan digoyangkan dengan
tangan. Angklung yang cara membunyikannya dipukul seperti marimba maupun
xylophone. Angklung yang cara membunyikannya digoyang dengan tangan
terdiri dari dua, tiga bahkan empat tabung yang dibingkai dalam satu
kerangka bamboo yang disebut ancak.
Angklung ditetapkan pula sebagai alat pendidikan musik sejak tanggal 23
Agustus 1968. melalui Keputusan Menteri Kebudayaan No.082/1968 tentang
penetapan angklung sebagai alat pendidikan musik namun sampai saat ini
pengembangan maupun penerapannya di sekolah-sekolah masih sangat minim.
Perhatian dunia perguruan tinggi seni khususnya memang masih sangat
kurang hal ini disebabkan pula masih sangat jarang Perguruan Tinggi yang
memberikan materi mata kuliah angklung sehingga aspek metodologis dan
praksisnya dalam pertunjukan musik kurang berkembang.
Alat music Angklung tradisional terdapat di berbagai daerah (Jawa,
Madura, Bali, Sumatera, Kalimantan) di Indonesia, misalnya angklung
banyuwangi, angklung ini termasuk kombinasi antara angklung yang dipukul
seperti gambang, xylophone dan angkung yang digoyangkan tangan. Namun
angklung yang saat ini banyak dikenal adalah angklung yang digoyangkan
dengan tangan berawal dari ide kreatif Bapak Daeng Soetigna pada tahun
1938 dengan sistem tangga nada diatonic sedangkan angklung tradisional
menggunakan sistem tangga nada pentatonic. Perubahan Angklung
tradisional pentatonic dengan segala fungsinya bagi masyarakat menjadi
angklung diatonic modern inilah yang berdampak pada pengembangan musical
dan perspektif budaya.
Berikut adalah beberapa Jenis Angklung
- Angklung Kanekes
- Angklung Reyog
- Angklung Banyuwangi
- Angklung Bali
- Angklung Dogdog Lojor
- Angklung Gubrag
- Angklung Badeng
- Buncis
- Angklung Padaeng
- Angklung Sarinande
- Angklung Toel
- Angklung Sri-Murni
0 Response to "Angklung Sebagai Alat Musik Tradisional Indonesia."
Post a Comment
- Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten.
- Jika ingin bertanya, tolong lihat dulu pada komentar sebelumnya.
- Dilarang menyisipkan iklan, link aktif, promosi, dan sebagainya.